Jumat, 31 Januari 2014

Tumbangnya Beringin Kami



Tumbangnya Beringin Kami



Betapa menyenangkannya berbagi denganmu, berbagi apa saja. Termasuk rahasia dan cita-cita. Sesuatu yang tak begitu saja kubagi dengan orang lain. Tentu, karena kau sahabatku dan tak pernah memanipulasi.

Cerpen Rohyati Sofjan


Sangat lucu ketika kukatakan apa cita-citaku sekarang: membangun rumah masa depan di kebun dekat jalan dengan panorama menakjubkan: menghadap bentang pegunungan dan lembah-lembah di arah timur dan utara; agar buku-bukuku punya ruang dan kawan-kawan bisa kuundang, juga bebek-bebek sampai ayam leluasa keluyuran.
Ya, tentu kita punya cita-cita masa kanak yang tak kesampaian. Cita-citamu sebagai dokter terpaksa karam dan kau malah jadi wartawan. Jika kau jadi dokter sekarang barangkali tak pernah berada di jalur seperti ini bersama orang-orang yang mengasihimu. Akankah kau kaya asam garam kehidupan dan sematang sekarang?
Dulu aku punya cita-cita lazim; menjadi wartawan karena tergila-gila pada sosok Superman, lalu astronot atau ahli astronomi karena ingin menjelajahi galaksi raya, lalu ahli antropologi karena ingin keliling nusantara, lalu psikolog karena suka dicurhatin kawan. Cita-citaku memang tak kesampaian, namun aku tak peduli sebab apa yang kuinginkan di atas telah kuperoleh dari jalur menulis sebagai pilihan. Aku punya banyak kawan yang berprofesi seperti kau. Masih bisa melihat langit malam dan terkadang disodorkan keajaiban dari rahasia alam raya, macam gerhana bulan total sampai bulan yang naik perlahan begitu besar berwarna kemerahan, allahu Akbar! Dan aku masih sering dicurhatin kawan lalu mencoba menjadi psikolog amatiran.
Kita tak pernah pasti akan apa yang terjadi nanti.
Ketika kau umpamakan dirimu sebagai pohon beringin, kemarin. Aku tercenung, mengapa dari sekian pohon kau pilih pohon kehidupan demikian? Pertanyaanmu tentang apakah beringin pun tak punya kelemahan membuatku hanya bisa diam. Ingatanku dilambungkan pada pohon beringin di kampungku. Aku suka pohon itu. Kukira aku punya persahabatan tertentu, persahabatan manusia dan tumbuhan tanpa kata-kata.
Pernah terpikir untuk menanam pohon beringin di halaman rumah masa depan bersama pohon kemboja aneka warna bunga. Namun kurasa itu ide gila. Ibuku yang masih percaya mistik akan menentang habis-habisan dengan alasan klenik. Dan mungkin orang lewat sampai anak-anak sekolah akan ketakutan gara-gara film Kuntilanak.
Jadi, kukira pohon bungur cukup masuk akal, aku suka bunganya. Di tengah kebun ada pohon malaka sebatang kara yang rimbunan buahnya jarang kumakan.
Dan inilah kisah persahabatanku dengan pohon beringin itu.
***
AKU lupa kapan persisnya, barangkali tahun 1990. Rumahku masih di tepi deretan balong alias empang ikan, menghadap arah utara. Dan ibuku menyesal menempatinya. Rumah kami hanya diapit dua rumah tetangga kanan kirinya. Ada undakan tangga batu ke bawah menuju jamban terbuka berdinding tembok dengan sumber mata air alami. Dan ibuku masih saja beranggapan lokasi rumahnya cukup angker sehingga membuatku ikut ketakutan. Sering mengalami mimpi buruk kala tidur sendirian dan mengalami katindihan. Belum lagi bibiku pernah terganggu dengan ulah jin-jin yang doyan ajojing.
Namun, terlepas dari ketakutan-ketakutan konyol kami kala menyongsong kegelapan, aku menyukai lokasinya dengan pertimbangan dekat alam. Bisa leluasa mengamati gugusan bintang dan bentang pegunungan. Tepat di bawah rumah kami, hanya dipisahkan undakan tangga batu lalu jalan setapak kecil, ada balong yang disewa aki, kakekku dari pihak ibu. Dan aku suka bermain di sana, termasuk memancing ikan dengan Dede, adik mantan pacarku zaman SMU kelak. Rumahnya di atas tebing rumahku. Ia dekat begitu saja denganku, lebih tepatnya mendekatiku, dan aku tak punya pretensi apa-apa karena usianya lebih muda dariku. Kuanggap kawan sepermainan namun aku tak begitu akrab. Lalu ia lebih dulu berhasil memancing ikan mas besar warna oranye dengan joran diiringi jeritanku yang senang. Namun pesta kami terusik teriakan marah aki. Terpaksa mengembalikan ikan itu ke balong, menghentikan permainan, lalu bubar. Dan tak pernah mancing bareng lagi! Tidak di balong aki apalagi balong aki-nya!
Beberapa langkah di sebelah kiri balong aki, ada pohon beringin besar sekali. Tingginya melebihi tinggi atap rumah di tebing atasnya. Usianya melebihi usia kampung kami. Merupakan sarang nyaman untuk kaum burung. Termasuk seekor rajawali berwarna merah dan biru di bagian leher dan dadanya. Konon kala kampung kami masih berupa hutan raya, daerah itu merupakan tempat pertempuran. Banyak serdadu Jepang mati di sana. Dan konon pula, arwah mereka gentayangan. Aku tak tahu persis. Apakah yang gentayangan itu kaum pejuang, penjajah, atau romusha. Atau memang jin-jin doang yang sudah dari sononya jadi penghuni pertama sebelum digusur kaum manusia.
Saat itu musim hujan. Aku sedang main di rumahku bareng Sepupu Annisa, anak dari Wa Ail sepupu ibu dari pihak nenek. Di luar hujan cukup deras dan angin kencang. Kami dikejutkan bunyi gelegar yang keras dibarengi kilatan cahaya, segera berlari ke jendela kaca dan membuka tirai untuk tahu apa yang terjadi. Pohon beringin itu tumbang dihajar petir dan ikut menumbangkan tiga pohon sekaligus. Aku terpesona dan mengikuti arah tumbangnya hingga mataku tertumbuk pada pemandangan di balong Bi Titi.
Astagfirullah, suami Manah, kawanku, yang sedang mandi ngibrit keluar sambil telanjang sebelum pohon itu roboh menghantam jamban. Itu bukan pemandangan bagus. Aku hanya melihatnya sekilas. Tidak sopan melihat lelaki yang bukan suamimu telanjang. Namun Sepupu Annisa spontan ngakak sambil memukul lenganku menyaksikan lelaki yang panik itu buru-buru balik ke jamban untuk menyambar handuk sebelum pohonnya  benar-benar menghantam jamban. Siapa pun dalam posisinya sudah tentu akan sepanik itu, tak ada yang ingin mati konyol kejatuhan pohon tanpa berpakaian; atau ia terpaksa menyingkir sejauh mungkin lalu merendam tubuh telanjangnya di balong yang lain, menunggu pertolongan.
Aku hanya terpesona pada prosesi penumbangan pohonnya. Pelan namun pasti, bagaimana pohon besar yang barangkali usianya ratusan tahun bisa begitu saja tumbang dihajar petir, lalu ikut menumbangkan barisan pohon lain. Bagaimana kekokohannya tak abadi. Diameter pohon itu luar biasa dengan sulur-sulurnya, apalagi panjangnya melampaui balong Bi Titi.
Dalam sekejap, orang sekampung pada berbondong menonton sampai menebangi jatuhan pohon. Aki, seperti biasa, sempat marah karena pohonnya ikut tumbang dan melarang orang lain menebanginya: itu hak milik aki! Para anak-cucu lelakinya pun dikerahkan untuk mengambiltebangi pohon. Termasuk ibu. Kecuali aku yang tak terima disuruh-suruh mengangkuti kayu karena merasa bukan kewajibanku. Aku lebih suka menonton saja dan baru sadar malah diperhatikan seorang anak lelaki 1 SMA, cakep, Amir namanya; kala ibunya mengomel. Rupanya pohon mereka yang tumbuh di pematang balongnya -- tepat di bawah balong aki, sama-sama kejatuhan beringin! Sang ibu mengomeli Amir agar segera menebang pohonnya karena kepergok lebih asyik ngecengin cewek lain.
Ia tampak malu karena omelan ibunya. Aku pun sama malu karena dianggap biang keladi. Kurasa aku senasib dengan pohon beringin itu. Keterpesonaan pada sesuatu yang misterius namun sama rapuhnya. Ada kecantikan sekaligus kelemahan di balik kekokohan akar dan rimbun daunnya. Dan Amir belum menyadari perihalku sebenarnya, telingaku tak berfungsi, maka aku tak memperhitungkannya. Tidak juga saat kami tumbuh dewasa mengikuti siklus usia.
***
JADI jika kau tanya apakah ada hal lucu sekaligus ironis dari tragisme tumbangnya pohon beringin di kampungku, kau tahu aku selalu berusaha menikmati hidup yang terkadang komikal. Aku terpesona pada perspektifmu dalam banyak hal. Meski mungkin kau akan malu karena merasa tak layak dikagumi, namun percayalah kekagumanku pada sesuatu dengan pertimbangan masuk akal, bukan untuk menjerumuskanmu ke dalam jurang kesombongan. Aku selalu berusaha melihat sisi positif sama sejajar dengan sisi negatif; bahwa hal negatif bisa diubah menjadi positif, atau sebaliknya. Itu yang kau ajarkan, itu yang kucerap dari kehidupan. Bahwa kita terkadang harus mengarungi rimba kelam sebelum menemu jalan terang, namun dibutuhkan seseorang untuk menguatkan.
Suami Manah? Ia baik-baik saja. Tak terluka sedikit pun. Sekarang anak mereka satu. Lelaki umur 5 tahun, matanya lucu, merupakan anak kedua karena yang pertama -- lelaki juga -- meninggal kala balita dengan kelainan jantung bawaan.
Amir? Ia sudah menikah dengan kawan kuliahnya. Anaknya dua. Konon jadi guru. Aku tak tahu banyak perihalnya, rumahnya cukup jauh dari rumahku, di atas tebing sebelah timur dan dipisahkan hamparan balong. Barangkali ia sudah lupa bahwa aku perempuan yang pernah membuatnya tampak bodoh delapan belas tahun silam.
Pohon beringin kami? Ajaibnya setelah tumbang dan menyisakan sedikit batang tubuh, telah tumbuh besar lagi melebihi tinggi atap bekas rumah kami, meski tak sebesar dan seraksasa dulu. Pada musim tertentu, biasanya pagi, ratusan burung kecil terbang berputar-putar di dekatnya; dan buahnya yang seperti melinjo berguguran memenuhi balong-balong di bawahnya. Dan orang-orang masih saja mandi sampai buang bom di jamban Bi Titi. Dan kehidupan masih berlangsung damai. Hanya menunggu masa sampai beringin itu kembali menumbangkan diri, entah dihajar petir atau angin.
Namun ada yang berubah. Tepat di bawah beringin itu ada sumber mata air. Kolam kecil yang selalu penuh meski kemarau sekalipun. Dari situlah sumber pancuran jamban Bi Titi. Dulu aku suka mandi di sana, sekarang tidak lagi. Pada masa sekarang airnya tak lagi murni, ada tambahan aliran air dari balong Pak Ade di atas kiri. Barangkali peristiwa penumbangan silam membawa pengaruh pada debit airnya, wallahua’lam. Namun yang jelas, jika tak ada beringin, barangkali beberapa sumber mata air akan kering. Akarnyalah yang menyaring dan menyimpan cadangan air.
Kita tumbuh untuk berubah, atau berubah untuk tumbuh. Dan seiring usia, aku tak lagi percaya pada hal klenik. Aku tak setakut dulu kala melewati pohon beringin,  malah terkadang bernaung di keteduhannya yang berangin. Termasuk boker di jamban Bi Titi sambil menontoni burung kala pagi, siang, bahkan jelang magrib. Tinggal baca doa masuk-keluar jamban saja, beres. Yang kukhawatirkan hanyalah kejatuhan buah kelapa atau pelepah kering kala sedang enak-enaknya menongkrongi benteng penghabisan terakhir.
Tak peduli nenek Sepupu Annisa pernah menakuti kami dengan cerita seramnya, bahwa jelang magrib ia pernah bertemu makhluk halus sejenis dedemit. Waktu itu ia lewat sana dan melihat seorang perempuan berambut panjang dan berpakaian serba putih (seperti laiknya dalam adegan film horor Sundel Bolong), berdiri di depan pohon beringin sambil memunggungi.
Neng, Neng, nuju naon?” sapa nenek sepupuku. Perempuan itu tak menjawab. Tidak juga kala sang nenek terus mengulang pertanyaan. Dan selanjutnya? Aku tak begitu menyimak cerita macam itu. Yang jelas nenek sepupuku langsung ngibrit dari TKP begitu menyadari atau merasa bahwa ia malah menyapa kaum dedemit.
Aku harap semoga tak bertemu kaum itu. Bukan hal bagus untuk jadi penakut. Bacaan Al Quran-ku baru 5 juz. Entah untuk khatam ke berapa, 4-5? Aku lupa. Pada saat seperti ini aku sungguh sangat butuh ketenangan jiwa, juga pegangan. Biarlah alam menyimpan misterinya. Dan barangkali kau bisa berbagi lebih banyak kisah kehidupan untuk kuhikmati. Terutama persahabatanmu dengan alam sebelum ajal memisahkan.
Kaulah beringin yang lain.***
Limbangan, Garut, 12 Juli 2008   

Annida Cetak Terbit?

15 April 2013
Lihat iklan di majalah Ummi bulan Maret, kalau Annida versi majalah di-launching. BENERAN? BENERAN? ALHAMDULILLAH!

Info Pemuatan Cerpen di Majalah Bobo

24 Mei 2013
Cerpen Bobo yang dimuat di nomor 06, 16 Mei 2013: Kail Kluwung - Ernita Dietjeria, Sahabatku Sinyo - Chris Oetoyo, Misteri Emas dalam Telaga - Pramudito, Pencopet Vs Rambutam - Pupuy Hurriyah, untuk cerbung Buku Harian Jingga - Veronica Widyastuti. Aku belum rezeku, hehe. Sudah lama baca Bobo sejak sebelum masuk SD, sampai kelas 6 SD. Kawan terbaik, aku belajar mengenal kata dan bahasa bagi dunia sunyiku, berkat Bobo. Dilangganin Bapak setiap Kamis malam sepulang kerja dari kantornya di Balai Besar PJKA, beli di Stasiun Bandung. Sekarang aku belikan untuk Palung, kadang-kadang.

Dari Kuis Iseng

24 Mei 2013

Kitook

Get travel deals of up to 70% discounts for hotel bookings, tour activities and packages! We employ state-of-the-art technology to meet your travel needs and to make your trip ever more pleasant and convenient. We deliver new travel deals every day. With Kitook, you can explore Indonesia from East...
Perjalanan/Rekreasi: 91.352 menyukai ini

Di Warnet Cikalong Net

7 Juni 2013
Pulang ah, aku nyerah untuk unduh lebih banyak data penting. Kasihan suami dan anakku yang menunggu di luar warnet. Semalam aku gak tidur! Nonton film hasil unduhan dari NB Ai Gheena Narutto Elf kemarin sore. Ramai juga kumpul di rumah mamahnya. Bisa tanya Cacan Muhamad Sanusi soal kasus NB-ku yang lagi-lagi dihajar virus hingga ada beberapa program yang rusak. Sore yang indah. Bersama teman masa kecilku dan anak-anaknya.

Coba Modem

4 Juli 2013
Hari ini aku bersama Ipah, mencoba modem smartfren punya ai anak gadisnya yang manis dan pintar. Jadi kepengen punya modem, hehe... Palung dan Astri asyik main bareng.

Foto Sampul

mengubah foto sampulnya.
27 November 2013

Meniti Persimpangan

1 Desember 2013
Aku dapat dari NB Ai Gheena Narutto Elf, gak tahu siapa yang nulisnya. Sudah kuedit tulisan aslinya agar enak dibaca dan sesuai kaidah gramatika, hehe pengen jadi editor. :)) Semoga bermanfaat. Aku juga pernah dan sering alami persimpangan macam itu. Salam...///

Meniti Persimpangan
Bagi mukmin sejati, hidup adalah jalan menuju keabadian akhirat. Maka berjuang dan bekerja keras adalah harga yang harus dibayar guna mencapainya. Namun ketahuilah, sesunguhnya di setiap tempat dan waktu selalu akan ada persimpangan-persimpangan hidup yang memaksa kita untuk menentukan pilihan; apakah terus berada di jalan menuju keabadian atau kita berbelok mencari jalan pintas. Ya, jalan pintas yang mungkin lebih luas, lebih mulus, lebih cepat, lebih nikmat, dan lebih menggiurkan. Namun semua itu hanya fatamorgana!

Seorang pegawai rendahan mungkin akan dihadapkan pada persimpangan: bergegas datang pada pagi hari karena berpikir bekerja adalah amanah, atau bermalas-malas toh gaji sama saja dan tidak seberapa dibandingkan dengan yang lain atau rajin. Seorang pedagang mungkin akan dihadapkan pada persimpangan: apakah harus mengurangi takaran agar keuntungan sedikit bertambah atau harus jujur. Seorang istri dihadapkan pada persimpangan: apakah harus berterus terang pada suami atau sembunyi diam-diam menyisihkan sedikit uang belanja untuk ibunya. Seorang politikus mungkin dihadapkan pada persimpangan: apakah mau menerima uang sogokan yang akan memperkaya diri dan kelompoknya, atau menolak meski membawa konsekuensi diasingkan dan akan dilecehkan.

Bagi seorang mukmin sejati, persimpangan hidup hanyalah seonggok batu ujian atas keimanan. Jika kita terpuruk, kita akan stagnan sampai ada kesempatan persimpangan lain; yang membuat kita terpuruk atau bangkit mencapai derajat yang mulia. Wallahu a’lam. Kita tidak tahu persis berapa kali Allah akan memberi kesempatan ujian yang sama untuk hamba-Nya; apakah setelah gagal yang pertama kali, akan segera menyusul yang kedua, ketiga, atau bahkan tak ada sama sekali? Yang jelas, jika melakukan dosa yang sama berkali-kali, maka kita tidak akan lagi merasa berdosa saat melakukannya, karena merasa sudah biasa dan tidak aneh lagi. Tapi jika kita bisa melewatinya, maka akan makin meningkatkan derajat. Tapi, bisa jadi kita akan dihadapkan dengan banyaknya persimpangan hidup yang makin menikung. Sebab sesuai dengan janji-Nya, Allah S.W.T akan menguji hambanya sesuai dengan kadar keimanan. Semakin tinggi iman seseorang, maka semakin tinggi pula ujiannya. Tapi perlu kita ketahui bahwa kesenangan, kebahagian, kekecewaan, kesedihan dan pahit getirnya hidup semua itu adalah ujian.

Bagi mukmin sejati, ujian bukanlah momok yang menakutkan. Sebab, ia telah memiliki kelengkapan untuk menghadapi ujian tersebut. Yaitu kemampuan bersabar dan bersyukur sebagai buah dari keberhasilan melewati ujian-ujian sebelumnya. Ya, bersabar dan bersyukur adalah perangkat penting yang digunakan untuk menghadapi beragam bentuk ujian demi ujian. Karena sabar dan syukur adalah alat pelindung bagi orang yang mau lolos dan selamat dari terpaan ujian. Tapi tidak semudah
membalikkan telapak tangan untuk mendapatkan dan menggenggam sebuah kata sabar dan syukur. Semua itu kita perlu menatanya sebata demi sebata, sampai tegak bediri bagai benteng yang kokoh. Kita semua perlu mengeja kata demi kata agar mampu menjadi prosa nan indah.

Ketahuilah bata dan kata yang kita susun berasal dari ujian kecil demi ujian kecil lain, yang kita temui dalam beragam persimpangan hidup ini. Jika kita sanggup menyimpan satu bata saja, mustahil kita akan mendapatkan tembok yang tegak dan kokoh. Begitu juga dengan kata, mustahil untuk mendapatkan prosa nan indah jika satu kata pun kita tak sanggup menyimpannya. Mudah-mudahan kita semua dijadikan orang yang bisa menemukan titik terang di saat berada dalam persimpangan dan pilihan pilihan hidup yang beragam. Mudah-mudahan kesabaran dan rasa syukur selalu tertanam dalam lubuk hati dan mampu istiqomah dalam menjalaninya. Amin.

Untuk itulah kita harus mampu memilih pilihan yang lebih baik dalam setiap persimpangan hidup. Kita mempunyai tiga pilihan: Yang pertama menjadi lebih buruk; Kedua menjadi lebih baik; Ketiga stagnan. Satunya-satunya yang layak dipilih adalah pilihan kedua. Sebab pilihan itulah yang betul-betul menguntungkan. Inilah prinsip dari metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu, dan “metamorfosis” yang telah kita jalani sendiri; dari sepercik air, darah, daging, lalu sempurnalah.

Waspadalah, sebab setiap persimpangan hidup membawa kita kepada satu dari tiga pilihan tersebut!

~ If you could be better by replicating others, do it!
‘Coz What we have to do is to be better, not to “be yourself”; Hapostrof

Unduh Novel

mengomentari tautan.
15 Desember 2013
BTW, aku gagal mulu unduh yang bagian 12, selalu balik ke bagian 4 utk Agatha-nya.

Download Novel Agatha Christie (4)
downloadnovelgratis.com
Download Novel Agatha Christie (4)

Bulan Promo Upacara Bakar Rambut

Dian Hartati bersama Ahmad Faisal Imron dan 5 lainnya.
17 Desember 2013

Beberes

26 Desember 2013
Beberes iklan yang masuk beranda agar gak bikin pusing karena ngabalatak. Jadi sulit baca info lain.

Curhat Penulis Galau

26 Desember 2013
Tertinggal jauh dari kawan-kawan terasa menyedihkan. Akankah bisa menulis lebih baik lagi sekarang? Bermodal netbook dan modem, berikut sekian banyak bahan literatur yang telah diunduh atau di-copas.

Sinyal Lelet

29 Desember 2013
yang terjadi, dari tadi saya tak bisa buka pesan di mail yahoo meski sudah di-klik sampai berulang kali. Grafik di bawah 862, sinyal modem Smartfren di kampung ini jelek. Gak bisa kirim tulisan ke media. #nunggunormal

Kuis Penerbit Diva Press Tentang Bunyi Burung Bulbul

berbagi foto Penerbit DIVA Press.
7 Januari

Ibaratkan saja dengan kehijauan alam raya, karena saya tak bisa mendengar suara-suara. Namun dengan melihat panorama hijau dengan beragam sapuan warnanya, ada semacam ketenteraman jiwa. Mata terasa sejuk. Bagi saya hijau adalah semacam bius. Warna penciptaan kehidupan yang dominan. Ya, kala Bulbul berkicau di ambang fajar, barangkali kicauannya terasa meresap dalam jiwa dan meneduhkan. Seperti dedaunan atau pohon yang rindang. Memberi rasa tenteram. 

Kuis Buku Gratis

Dapatkan 1 eks. buku "Nightingale's Crook" GRATIS. Caranya cukup dengan membagikan postingan status ini (klik share/bagikan yang ada di bagian bawah status ini) kemudian jawab pertanyaan berikut di komentar:

"Jika seandainya suara punya warna, apa menumutmu warna dari nyanyian burung bulbul?"

Jawaban ditunggu sampai Minggu (12 Januari 2014). Akan diundi satu pemenang yang berhak mendapatkan buku ini GRATIS. Jawabnya satu kali saja ya. Selamat berlomba dan semoga beruntung.


NB: Selamat kepada Mohammad Assad yang memenangkan novel "Black Sun" dalam kuis Buku Gratis edisi pekan lalu.
Suka · · Promosikan · Bagi

Blogwalking Lygia Pecanduhujan

mengomentari tautan.
8 Januari
Keren isi dan tampilannya.:)

Romantisme Hujan |
www.lygiapecanduhujan.com
Romantisme HujanJanuary7H-U-J-A-NBerungkali saya eja nama itu, dan masih selalu menimbulkan efek yang sama. RINDU.Entah mengapa selalu kata RINDU yang saya ingat pertama kali ketika melihat HUJAN. Mungkin suatu kala di masa lalu, saya pernah merindu pada seseorang saat hujan turun, atau mungkin huja...

Testimoni Upacara Bakar Rambut

8 Januari

Setiap orang punya interpretasi tersendiri tentang puisi. sebagaimana penyair melakoni hidup dan memandang dunia dengan syairnya. Dian Hartati hanyalah bagian terkecil dari semesta kehidupan -- sebagaimana kita semua. Bahwa jagat raya adalah bentangan puisi maharaksasa yang membuat kita kecil untuk menafakurinya. Dan Upacara Bakar Rambut mengajak kita menjelajahi tiga fase kehidupan dari seorang perempuan yang telah melakoni makna menjadi dengan: Kelahiran, Pernikahan, dan Kepergian. Dian mendedahkan semua dengan caranya yang unik dan khas. Itu mengingatkan saya pada kredo puisi versi Ralph Waldo Emerson, "Puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin."
— bersama Dian Hartati di Limbangan...Garut.
Foto oleh Ferina Meliasanti

Sekadar Catatan

9 Januari sekitar Limbangan
Seorang kawan dekat bilang agar saya jangan terlalu serius fesbukan agar bisa produktif. Harus saya akui sedang berada dalam suasana euforia setelah dua bulan lebih punya modem dan leluasa berinternet di rumah kapan saja. Selalu ingin tahu dan mencoba, nanti juga tak akan menganggap terlalu istimewa. FB bagi saya sama seperti sedang mencoba bermain game dan menyelesaikannya. Tradewinds , Plants vs. Zombies, Burger Shop 2, Farm Frenzy, dan lainnya yang pernah saya coba-selesaikan-lalu berhenti karena sudah bosan, tamat, atau cukup memuaskan rasa penasaran. Sebenarnya saya sedang ingin menulis esai atau artikel tentang FB. Belajar gramatika bahasa Indonesia dari kawan-kawan pencinta bahasa. Atau mengasah rasa bahasa dalam kepenulisan. Atau mengamati dan menyimak seliweran umpatan. Sekaligus menambah jaringan perkawanan.
Saya lupa kapan persisnya punya akun FB ini, sudah lama sekali sejak FB baru dikenalkan. Abu Abdurrauf Hendralian yang mengundang, dan sebagai kawan baik saya menerima untuk bergabung dalam jaringan perkawanannya padahal Friendster saja jarang dibuka. Saya tak punya banyak waktu untuk bermain dalam dunia maya. Hanya FB yang saya ikuti secara aktif. Tak ikut jaringan sosmed lain seperti Twitter dan sebagainya. Bahkan Instagram yang tak sengaja ter-install kala mengunduh e-book saja telah di-uninstall dari program netbook saya. Cuma bikin berat kerja NB kalau terlalu banyak aplikasi yang tak dimanfaatkan.
Saya kagum karena kawan-kawan yang telah saya undang agar bergabung di FB lewat pos-el Yahoo! malah kian banyak kawannya. Sampai ribuan. Sedang saya? Cukuplah dengan apa yang ada. Mencoba selektif menerima perkawanan. Melihat dulu profil yang ingin saya jadikan kawan atau yang ingin berkawan.
Saya sempat heran karena di Slideshare ada kawan yang follow. Padahal dulu sengaja bikin itu hanya demi mengumpulkan data untuk keperluan skripsi tetangga, dan itu ada di Slideshare. Terima kasih karena telah memercayai saya untuk berkawan.
Saya bahagia dengan perkawanan. Namun akan ada masa ketika saya merasa sudah cukup dan tak usahlah terlalu wara-wiri. Demi kebaikan sendiri. Demi kebaikan keluarga kecil saya. Demi tulisan-tiulisan yang ingin saya hasilkan. Demi ratusan e-book yang belum saya baca semuanya. Dan demi sekadar jalan-jalan menghirup udara segar pegunungan.
Kalau saya ada salah, mohon dimaafkan.
Saya ingin kembali menjadi seseorang yang tak tampak. Invisible.
Saya sangat menikmati perkawanan di dunia maya ini. Bisa bercanda, berbagi cerita, dan belajar memahami watak manusia.
Tidak ada yang salah pada saya. Juga saya harap tidak berbuat salah pada siapa saja. Kalau ada, mohon dimaafkan.
Selamat malam.

Gabung di Rumah Inspirasi

Rohyati Sofjan likes an article.
13 Januari
Terima kasih sudah diterima untuk bergabung. :)


Terima kasih atas pendaftarannya
rumahinspirasi.com

Ambil Paket Buku (Pada Tanggal Merah) Lala

14 Januari
Pagi ini suami mengajak aku dan Palung ke kecamatan. Ke kantor pos dulu untuk ambil paket buku dari Om-nya Palung, AbdulRahman Seblat, terus naik sado ke Pasar Limbangan...Garut. Semoga selamat di perjalanan. Limbangan adalah kota kecil yang damai dan sado merupakan ciri khasnya sebagai alat transportasi kecamatan. Ongkos per orang cuma 2500 rupiah ke pasar. hayo, siapa yang sudah pernah naik sado? Ngacung!
  • Zeni Indra Permana, Abdul Thea, Rusi Hartati dan 2 lainnya menyukai ini.
  • Rohyati Sofjan Hahaha, ternyata sekarang tanggal merah. Libur Maulud Nabi. Itulah payahnya orang yang punya kalender tapi gak dilihat. Cuma ngelirik tanggal di sudut kanan bawah netbook kalau ada perlu. Paket buku dari Om AbdulRahman Seblat terpaksa diambil minggu depan. Titip dulu pada petugas kantor pos Limbangan yang kemarin berbaik hati mengabari lewat SMS bahwa kiriman paket sudah sampai. Keren kan kinerja petugas pos di Kecamatan Limbangan ini. Selalu rajin berkabar kalau ada kiriman. Jadi tinggal ambil sendiri agar tak nyasar, soalnya dari kantor pos dititip ke kantor kecamatan untuk didistribusikan ke pelosok kelurahan. Apalagi Cipeujeuh lumayan jauh dari jalan raya utama. Sekira 3 kilometer kurang lebih. *Masih pusing setelah naik ojek karena jalan desa kian jelek.
    14 Januari pukul 11:10 ·

Tragedi Monas

berbagi foto Cerita Lucu Indonesia.
26 Januari
Aku seorang ibu satu anak balita, turut berduka cita. Innalillahi wa inna ilahi roojiuun.>>>

"SELAMAT TINGGAL AYAH (Korban Xenia)"

Bagi yang melihat Foto ini, sempatkanlah untuk menulis ‘‘AAMIIIN’’ di kolom komentar.

Ayah
terimakasih telah mengajakku ke Monas
aku belum pernah lihat Monas
senang sekali hatiku diajak ayah melihat Monas

Pagi itu aku digendong ibu
kita jalan bersama ayah, nenek dan bibi
pagi yang indah
cuaca pun cerah
kita berjalan bersama menuju Monas

Kita semua bahagia
jarang sekali kita bisa jalan-jalan seperti ini
ayah sibuk mencari nafkah
aku sudah lama rindu ayah

Ayah
tiba-tiba kita lihat mobil hitam itu
melayang dari depan
menggelinding menimpa kakak-kakak itu
lalu menimpa kita semua
aku pun terpental
terlepas dari pelukan ibu

Ayah
maafkan aku mendahuluimu
aku masih sangat ingin bersamamu
ingin bermain denganmu
ingin berlama-lama dalam pelukanmu
tapi Allah lebih menyayangiku
Allah menginginkanku pulang...

Ayah
terimakasih sudah berusaha keras menyelamatkanku
terimakasih sudah mencoba memberiku minum
terimakasih sudah memelukku dan menciumku
aku sayang ayah sampai kapanpun

Ayah
kita akan berjumpa kembali di alam yang jauh lebih baik daripada alam dunia. InsyaAllah.

Mari sama2 kita do'akan, Semoga Adik kita ini ditempatkan Allah di tempat yang Mulia, dan untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan kesabaran dan keikhlasan. Aamiiin.

Jangan lupa klik "suka" dan " bagikan" ya Sahabat.
Tuliskan kata “Aamiiin” di Komentar, Semoga Allah
mengabulkan Do'a kita.
— bersama Arif Setyo Wibowo dan 4 lainnya.

Ikut Kuis Penerbit Diva Press Tentang Rindu >

berbagi foto Penerbit DIVA Press.
27 Januari
Ikutan kuis buku dari Penerbit DIVA Press lagi, hehe.

Kuis Buku Gratis

Dapatkan DUA eks. buku "Penjaja Cerita Cinta" GRATIS. Caranya cukup dengan membagikan postingan status ini (klik share/bagikan yang ada di bagian bawah status ini), kemudian jawab pertanyaan berikut di komentar:

"Teruskan syair galau ini --> "Rindu, ...."

Jawaban ditunggu sampai Minggu (2 Februari 2014). Akan diundi DUA pemenang yang berhak mendapatkan buku ini GRATIS. Jawabnya satu kali saja ya. Selamat berlomba dan semoga beruntung. Ini ada DUA PEMENANG LHO. *miminnya histeria

NB: Selamat kepada Sandy Boy-nya Sandy yang memenangkan novel "Flower Boys at Apartment Origin" dalam kuis Buku Gratis edisi pekan lalu.

Dari Rumah Inspirasi yang Kuikuti

berbagi tautan.
Semoga bermanfaat.
 

Khudi

   

Khudi


Kau apa aku api
Kubakar kau nanti!

Kau ada aku tiada
Tak usah mencari!

Kau menyublim aku menguap
Kutinggal kau ke ruang hampa
Menjelajahi jagat antigravitasi!

Kau nyata aku maya
Kau bisa diraba aku aura
kau siapa aku jiwa
Kuajak kau melintas dinding rohani!

Bandung, 14 Juli 1999